Sunday, February 22, 2009

Tauhid [Hakikat Dan Kedudukannya] - bahagian 2


Dan diakhiri dengan firmanNya: “Dan janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan yang lain, sehingga kamu (nantinya) dicampakan kedalam neraka jahannam dalam keadaan tercela, dijauhkan (dari rahmat Allah)” (QS. Al Isra', 39).

Dan Allah mengingatkan kita pula tentang pentingnya masalah ini, dengan firmanNya: “Itulah sebahagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu” (QS. Al Isra', 39).

11-Satu ayat yang terdapat dalam surah An-Nisa', disebutkan didalamnya 10 hak, yang pertama Allah memulainya dengan firmanNya:

“Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja), dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (QS. An - Nisa', 36).


12-Perlu diingat wasiat Rasulullah s.a.w. di saat akhir hayat beliau.

13-Mengetahui hak hak Allah yang wajib kita laksanakan.

14-Mengetahui hak hak hamba yang pasti akan dipenuhi oleh Allah apabila mereka malaksanakanya.

15-Masalah ini tidak diketahui oleh sebahagian basar para sahabat [4].

16-Boleh merahasiakan ilmu pengetahuan untuk maslahah.

17-Dianjurkan untuk menyampaikan berita yang menggembirakan kepada sesama muslim.

18-Rasulullah s.a.w. merasa khuwatir terhadap sikap menyandarkan diri kepada keluasan rahmat Allah.

19-Jawapan orang yang ditanya, sedangkan dia tidak mengetahui adalah: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.

20-Diperbolehkan memberikan ilmu kepada orang tertentu saja, tanpa yang lain.

21-Kerendahan hati Rasulullah s.a.w., sehingga beliau hanya naik keledai, serta mahu memboncengkan salah seorang dari sahabatnya.

22-Boleh memboncengkan seseorang diatas binatang, jika memang binatang itu kuat.

23-Keutamaan Muadz bin Jabal.

24-Tauhid mempunyai kedudukan yang sangat penting.


[1] Ibadah ialah penghambaan diri kepada Allah ta'ala dengan mentaati segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw. Dan inilah hakikat agama Islam, kerana Islam maknanya ialah penyerahan diri kepada Allah semata, yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada Nya, dengan penuh rasa rendah diri dan cinta.



Ibadah bererti juga segala perkataan dan perbuatan, baik lahir mahupun batin, yang dicintai dan diridloi oleh Allah. Dan suatu amal akan diterima oleh Allah sebagai ibadah apabila diniati dengan ikhlas kerana Allah semata ; dan mengikuti tuntunan Rasulullah saw.



[2] Thoghut ialah : setiap yang diagungkan - selain Allah - dengan disembah, ditaati, atau dipatuhi ; baik yang diagungkan itu berupa batu, manusia ataupun syaitan.



Menjauhi thoghut bererti mengingkarinya, tidak menyembah dan memujanya, dalam bentuk dan cara apapun.



[3] Atsar ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Abi Hatim.



[4] Tidak diketahui oleh sebahagian besar para sahabat, kerana Rasulullah menyuruh Muadz agar tidak memberitahukannya kepada meraka, dengan alasan beliau khuwatir kalau mereka nanti akan bersikap menyandarkan diri kepada keluasan rahmat Allah. Sehingga tidak mahu berlumba lumba dalam mengerjakan amal soleh. Maka Mu'adz pun tidak memberitahukan masalah tersebut, kecuali di akhir hayatnya dengan rasa berdosa. Oleh sebab itu, di masa hidup Mu'adz masalah ini tidak diketahui oleh kebanyakan sahabat.

Tauhid [Hakikat Dan Kedudukannya] - bahagian 1


Firman Allah s.w.t.:
“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah[1] kepada-Ku.” (QS. Adz -Dzariyat, 56).

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) "Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah thoghut.”[2] (QS. An - Nahl, 36).

“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al - Isra', 23- 24).


“Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmua, iaitu " Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak anak kamu kerana takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya mahupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabat(mu). Dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. Dan bahawa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), kerana jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al - An'am, 151- 153).


Ibnu Mas'ud r.a. berkata: "Barang siapa yang ingin melihat wasiat Muhammad s.a.w. yang tertera di atasnya cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca firman Allah s.w.t.: "Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, iaitu "Janganlah kamu berbuat syirik sedikitpun kepadaNya, dan "Sungguh inilah jalan-Ku berada dalam keadaan lurus, maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kalian ikuti jalan-jalan yang lain. [3] "



Mu'adz bin Jabal r.a. berkata:

"Aku pernah diboncengkan Nabi s.a.w. di atas keledai, kemudian beliau berkata kepadaku: " wahai muadz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya, dan apa hak hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Allah?, Aku menjawab: "Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui", kemudian beliau bersabda: "Hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya ialah hendaknya mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahawa Allah tidak akan menyiksa orang orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, lalu aku bertanya: ya Rasulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang?, beliau menjawab: "Jangan engkau lakukan itu, kerana khuwatir mereka nanti bersikap pasrah" (HR. Bukhari, Muslim).



Pelajaran penting yang terkandung dalam bab ini:

1-Hikmah diciptakannya jin dan manusia oleh Allah s.w.t..

2-Ibadah adalah hakikat (tauhid), sebab pertentangan yang terjadi antara Rasulullah s.a.w. dengan kaumnya adalah dalam masalah tauhid ini.

3-Barang siapa yang belum merealisasikan tauhid ini dalam hidupnya, maka ia belum beribadah (menghamba) kepada Allah s.w.t.. inilah sebenarnya makna firman Allah: “Dan sekali-kali kamu sekalian bukanlah penyembah (Tuhan) yang aku sembah” (QS. Al Kafirun, 3)

4- Hikmah diutusnya para Rasul[adalah untuk menyeru kepada tauhid, dan melarang kemusyrikan].

5-Misi diutusnya para Rasul itu untuk seluruh umat.

6-Ajaran para Nabi adalah satu, iaitu tauhid [mengesakan Allah s.w.t. saja].

7-Masalah yang sangat penting adalah: bahawa ibadah kepada Allah s.w.t. tidak akan terealisasi dengan benar kecuali dengan adanya pengingkaran terhadap thoghut.

Dan inilah maksud dari firman Allah s.w.t.: “Barang siapa yang mengingkari thoghut dan beriman kepada Allah, maka ia benar benar telah berpegang teguh kepada tali yang paling kuat” (QS. Al Baqarah, 256).

8-Pengertian thoghut bersifat umum, mencakup semua yang diagungkan selain Allah s.w.t..

9-Ketiga ayat muhkamat yang terdapat dalam surah Al - An'am menurut para ulama salaf penting kedudukannya, di dalamnya ada 10 pelajaran penting, yang pertama adalah larangan berbuat kemusyrikan.

10-Ayat ayat muhkamat yang terdapat dalam surah Al Isra mengandungi 18 masalah, dimulai dengan firman Allah: “Janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan yang lain, agar kamu tidak menjadi terhina lagi tercela” (QS. Al Isra', 22).

Saturday, February 21, 2009

Penampilan Seorang Da'i....




Cara bertutur kata dan penampilan seorang da'i akan menarik perhatian orang yang mendengar dan melihat-nya, karena pada dasarnya jiwa manusia cenderung dan tertarik dengan penampilan yang indah dan baik. Dari sini kita bisa melihat bahwa yang dipilih sebagai personil-personil pemasaran hasil produksi adalah orang-orang yang berpenampilan menarik, di sampmg kualitas produk yang terbaik. Pada hakikatnya, dakwah adalah menawarkan sebuah risalah dan landasan pola berpikir yang tercermin dalam akhlak, kepnbadian, dan penampilan. Imam Hasan Al-Banna pernah ditanya, "Kenapa Anda tidak menyusun buku?" Beliau menjawab, "Tugas saya bukanlah untuk menyusun buku, karena buku biasa-nya akan diletakkan di perpustakaan dan sedikit sekali orang yang mau membacanya.



Lain halnya dengan seorang muslim, ia adalah 'buku yang senantiasa terbuka' ke mana pun ia berjalan, itu adalah dakwah." Betapa banyak da'i yang tidak pandai berbicara dan berkhutbah, tetapi dengan rahmat Allah banyak mad'u yang berdiri di sampingnya. Ini disebabkan oleh getaran jiwa, pantulan wajah, kelembutan perasaan, penampilan yang simpatik, ditambah lagi dengan keimanan yang mendalam (al-iman al-amiq), serta pemahaman yang rinci dan syamil (al-fahmu addaqiq) yang dimiliki oleh seorang da'i. Ini bukanlah merupakan hal yang baru, karena ia sudah ada sejak masa-masa awal perjalanan dakwah islamiah. Kita bisa menyaksikan sahabat Dahyah Al-Kalbi ra., delegasi Rasulullah saw. yang diutus menemui Heraklius, penguasa Rumawi. Dahyah ra. termasuk dalam deretan sahabat yang terkemuka. Ia mempunyai postur tubuh yang baik dan wajah yang tampan. Suatu saat —tatkala menyampaikan wahyu—Jibril as. pernah turun dengan menyerupai Dahyah ra. la bukan terma-suk ahli Badr. Peperangan yang pertama kali ia ikuti adalah perang Khandaq. Ia juga ikut serta dalam perang Yarmuk sebagai pemimpm pasukan bagian. Mush'ab bin Umair ra. juga berwajah tampan dan berpenampilan simpatik. Ibnu Sa'ad menceritakan dalam Tbabaqat-nya., "Ibunda Mush'ab adalah wanita yang kaya raya. Ia mem-berikan sebaik-baik pakaian dan sebaik-baik wewangian untuk Mush'ab. Sandalnya buatan Hadhramaut. Rasulullah pernah bersabda,' Aku tidak pernah mehhat di kota Makkah ini orang yang lebih indah rambutnya, lebih halus pakaiannya, dan lebih banyak kenikmatan-nya, daripada Mush'ab bin Umair ra.'"



Ja'far bin Abu Thalib ra. yang meraih syahadah (kesyahidan) di perang Mu'tah juga berwajah tampan dan berpenampilan menank. Beliau termasuk delegasi yang diutus oleh Rasulullah saw. kepada para raja dan penguasa. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa ada seorang laki-laki tampan yang datang kepada Rasulullah saw., 'alu berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya adalah Drang yang suka keindahan dan saya telah diberi oleh Mlah keindahan itu, seperti yang engkau saksikan, sampai-sampai saya tidak suka jika ada orang yang melebihi saya meskipun hanya berupa sandal jepit. Apakah ini termasuk sifat sombong?"



Rasulullah menjawab, "Tidak, sesungguhnya yang dimaksud dengan sifat sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." (HR. Abu Daud)



Begitu pula seorang da'i yang hidup dalam sebuah masyarakat atau yang menjadi utusan pada sebuah ya-yasan atati jamaah, hendaklah senantiasa berpenampilan baik dan berakhlak mulia. Sebuah ungkapan menga-takan, "Keberhasilan sebuah misi akan bergantung pada si pembawa misi tersebut."



Penampilan dan akhlak yang baik akan membuat orang yang baru saja memandang menjadi tertarik dan simpati. Maka kita akan menjumpai ada sebagian orang yang menggantungkan kepercayaan melalui pandangan matanya.

Untukmu Saudaraku...



Individu adalah komponen terkecil penyusun masyarakat, Dia memegang peranan penting dalam menentukan perjalanan dan bentuk masyarakat itu sendiri. Oleh kerana itu, yang menjadi tonggak dalam gerakan kita adalah individu, kemudian keluarga, dan akhirnya masyarakat. Maka perbaikilah dirimu terlebih dahulu, kemudian serulah orang lain ke jalan kebaikan. Kerana terwujudnya peribadi-peribadi yang benar-benar mukmin akan membuka banyak peluang untuk sukses. Inilah karakteristik Islam yang paling menonjol, iaitu pembentukan peribadi islami {takwin asy-syakhshiyab al-islamiyyah).


Walau jumlah orang yang memusuhi Islam sangat banyak, namun jika kita dapat mengajak satu orang dari mereka dalam setiap hari agar mahu bergabung dalam dakwah islamiah, maka perlahan tapi pasti kita telah mengentaskan mereka dari kehinaan jahiliah menuju kemuliaan di bawah naungan cahaya Islam. Bukankah ini adalah tujuan dakwah? Bukankah mencari pengikut dengan cara seperti ini adalah tindakan yang bijaksana dan akan membuahkan hasil yang jelas?


Tugas kita adalah meluruskan pendapat umum yang salah terhadap Islam. Jika individu bisa menjadi baik, maka masyarakat pun akan menjadi baik, dan dengan sendirinya Islam akan berdiri tegak. Dalam jamaah dakwah islamiah sendiri, kita mengadakan suatu program yang kita sebut dengan projek al-akh al-wahid, iaitu setiap anggota berjanji dan berusaha untuk mengajak satu orang anggota baru dalam satu tahun.

Tidak seorang pun diperbolehkan menunda-nunda waktu, kerana perputaran waktu adalah bahagian dan pengubatan dan pembentukan (at waqtu juz'un minal 'ilaj wat takwin). Sehari dalam kehidupan individu adalah setahun dalam kehidupan umat. Umat yang mengerti betul akan hakikat kehidupan, mereka tidak akan pernah mati. Ini semua akan bergantung pada para da'i dalam memandang kesucian dan urgensi risalah dakwah serta bergantung pada pengorbanan para da'i, baik harta, tenaga, mahupun waktu.


Yang perlu diperhatikan oleh para da'i pada masa pembentukan (fase takwiniyab) adalah memberikan uswah hasanah, bertujuan menampilkan di hadapan masyarakat gambaran nyata tentang Islam. Ini harus dilakukan dengan kemantapan Kiat Memikat Objek Dakwah iman, pemahaman yang universal, dan bertoleransi dalam masalah-rnasalah khilaf dan furu.


Metode dakwah haruslah secara tadarruj (bertahap), sebagaimana firman Allah swt., "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (Asy-Syu'ara: 214)


"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. " (Al-Hijr: 94)


"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, kerana sesungguhnya mereka telab dianiaya. Sesunggubnya Allah benar-benar Maha kuasa menolong mereka itu." (Al-Hajj: 39)


Dari anasir jahiliah, Rasul mencetak pasukan hidayah. Dari anasir hidayah, Rasul menaklukkan negen-negeri thaghut. Di jalan itulah, Rasul meletakkan sistem dakwahnya.

Tugas Kita...

Dalam memberikan arahan (taujih) tentang tugas dakwah, Imam Syahid Hasan Al-Banna memberikan perumpamaan dengan perkataannya, "Di setiap kota terdapat pusat pembangkit tenaga elektrik. Para pegawai memasang instalasinya di seluruh penjuru kota, memasang tiang dan kabel, setelah itu aliran elektrik masuk ke fabrik-fabrik, rumah-rumah, dan tempat-tempat lain. Jika aliran elektrik tersebut kita matikan dari pusat pembangkitnya, nescaya seluruh penjuru kota akan gelap gelita. Padahal saat itu tenaga elektrik ada dan tersimpan di pusat pembangkit elektrik, hanya saja tenaga elektrik yang ada itu tidak dimanfaatkan."

Demikianlah, Allah swt. telah menurunkan Al Qur'an Al-Karim kepada kita, dan dialah sebesar-besar energi dalam kehidupan ini. Allah swt. berfirman, lSesunggubnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (Al-Maidah: 15-16)

Begitu pula dengan Al-Qur'an Al-Karim, ia adalah pusat pembangkit "tenaga" bagi kaum muslimin, tetapi sumber kekuatan itu kini dicampakkan oleh kaum muslimin sendiri, sehingga hati mereka menjadi gelap dan tatanan kehidupan pun menjadi rosak.

Tugas kita sebagai da'i adalah seperti tugas para pegawai elektrik, mengalirkan kekuatan ini dan sumbernya ke setiap hati orang-orang muslim agar senantiasa bersinar dan menerangi sekelilingnya. Allah swt. berfirman, "Dan apakah orang yang sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu ia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan keadaan orang yang berada dalam gelap gelita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya?" (Al-An'am: 122)

Tatkala Anda ingin memikat hati mad'u, Anda harus ingat bahawa Anda adalah seorang da'i, bukan seorang ulama atau fuqaha. Tatkala Anda berdakwah, Anda harus ingat bahawa Anda sedang memberikan hadiah kepada orang lain, maka Anda harus mempertimbangkan hadiah apa yang sekiranya patut diberikan dan bagaimana cara memberikannya.

Wasiat Hasan Al-Banna.....

Saudaraku,

Janganlah engkau putus asa, kerana putus asa bukanlah akhlak seorang muslim. Ketahuilah bahawa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kelmarin, dan impian hari ini adalah kenyataan di hari esok. Waktu masih panjang dan hasrat akan terwujudnya kedamaian masih tertanam dalam jiwa masyarakat kita, meski fenomena-fenomena kerusakan dan kemaksiatan menghantui mereka. Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidupnya dan yang kuat tidak akan selamanya kuat. Allah swt. berfirman,


"Dan Kami hendak memberi kurnia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu yang mewarisi (bumi), dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman serta tenteranya apa yang selalu mereka khuatirkan dan mereka itu," (Al-Qashash: 5-6)


Putaran waktu akan memperhhatkan kepada kita peristiwa-peristiwa yang mengejutkan dan memberikan peluang kepada kita untuk berbuat. Dunia akan melihat bahwa dakwah kita adalah hidayah, kemenangan, dan kedamaian, yang dapat menyembuhkan umat dari rasa sakit yang tengah dideritanya. Setelah itu tibalah giliran kita untuk memimpin dunia, kerana bumi tetap akan berputar dan kejayaan itu akan kembab kepada kita. Hanya Allah-lah harapan kita satu-satunya. Bersiap dan berbuatlah, jangan menunggu datangnya esok hari, kerana bisa jadi engkau tidak bisa berbuat apa-apa di esok hari.


Kita memang harus menunggu putaran waktu itu, tetapi kita tidak boleh berhenti. Kita harus terus berbuat dan terus melangkah, kerana kita memang tidak mengenal kata "berhenti" dalam berjihad.

Allah swt. berfirman,

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, sungguh akan.Kami tunjukkan jalan-jalan Kami." (Al-Ankabut: 69)

Hanya Allah-lah dzat yang Maha agung, bagi-Nya segala puji.

Monday, February 2, 2009

Jangan salahkan musuh


“Jangan salahkan musuh. Itu memang kerja mereka. Kita sendirilah yang bersalah kerana lemah dalam membina benteng diri. Lemah dalam mengisi iman dan taqwa di dalam hati. Lemah, kerana kita tidak membaiki diri dari segala sifat-sifat mazmumah”

Musuh-musuh Islam memang tidak pernah sepi daripada menyerang dan menggugat akidah umat Islam. Mereka berusaha dengan pelbagai cara, kaedah dan saluran. Mereka menggunakan saluran politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, hiburan, media masa, filem dan sebagainya. Kalaupun tidak sampai memusnahkan akidah mereka tetap mahukan agar umat Islam ini sekurang-kurangnya bersikap acuh tak acuh kepada agamanya.

Mereka sudah cukup berpuas hati sekiranya umat Islam ini bersikap ‘toleransi’ terhadap agama dalam erti kata tidak meninggalkannya secara total dan tidak pula menganutnya secara total. Agama dipilih mengikut selera dan dipraktikkan dalam acara tertentu sahaja. Agama hanya dijadikan aktiviti bermusim dan sebagai agenda persatuan atau pertubuhan untuk dimuatkan di dalam laporan tahunan. Kini umat Islam berdepan dengan masalah yang sangat ketara bahawa agama hanya sekadar pada nama,tanpa penghayatan dan bukan lagi menjadi suatu cara hidup.

Cuba kita teliti dan hitung, dari mula bangun tidur hingga kembali kepada tidur, banyak mana ajaran Islam yang kita hayati. Banyak mana Islam dijadikan panduan dalam segala urusan hidup. Banyak mana kita membawa Tuhan bersama dalam mengendalikan segala urusan harian. Kalau tidak ada black metal, kehidupan kita tetap jauh dari Tuhan. Kalau bukan kerana black metal, hati kita tidak ada rasa kehambaan dan rasa bertuhan. Hati kita tetap cuai dan lalai bahkan sangat menderhakai Tuhan. Sebab itu jangan salahkan musuh. Itu memang kerja mereka. Kita sendirilah yang bersalah kerana lemah dalam membina benteng diri. Lemah dalam mengisi iman dan taqwa di dalam hati. Lemah, kerana kita tidak membaiki diri dari segala sifat-sifat mazmumah. Lemah dalam melawan nafsu serakah. Lemah dalam membawa Tuhan dalam urusan hidup. Akhirnya Tuhan biarkan umat Islam diratah-ratah, dibuli dan diperkotak-katikkan oleh musuh. Ini belum lagi diperhitungkan untung nasib di akhirat kelak. Entah di Neraka mana yang kita ini bakal dihumban lantaran terlalu amat derhaka kepada Allah SWT. Betapa tidak, jauh sekali umat Islam ini berjuang untuk membangunkan empayar, menguasai bumi yang merupakan milik Tuhan. Malah membenteng diri daripada ditembusi akidah dan budaya kufar pun tidak berupaya.

Apabila Rasulullah SAW diutus, masyarakat yang dihadapi baginda SAW itu bukan sahaja mereka musyrik dan kufar, bahkan mereka juga turut dilanda masalah sosial yang amat dahsyat. Sebut saja apa jenis kejahatan manusia, semuanya mereka lakukan terang-terangan tanpa segan silu. Namun sejarah telah membuktikan, dalam tempoh yang singkat Rasulullah berjaya menukar sejahat-jahat manusia kepada ‘khairunnas’ - sebaik-baik manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang fitrahnya sama saja di zaman mana pun mereka berada dan di mana pun mereka berada, bangsa apa dan keturunan apa pun. Bagaimana dan ubat apa yang dipakai oleh Rasulullah SAW, maka cara dan ubat yang sama juga yang mesti digunakan untuk mengubati penyakit manusia, iaitu:

Pertama: Rasulullah SAW menanamkan iman. Mengetahui Rukun Iman bukan bererti sudah beriman, mungkin itu sekadar boleh mengesahkan iman semata-mata. Keimanan yang berjaya ditanam ke dalam hati masyarakat waktu itu seperti digambarkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya bermaksud: “Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman, apabila disebut nama Allah gementar hati mereka.” Begitu takut dan gerun kepada Tuhan hingga gementar hati, yang mereka tidak lagi takut selain daripada Allah SWT. Mereka bukan saja tidak terjejas atau tidak terusik hatinya oleh sebarang budaya, bahkan mereka sendiri sanggup memperjuangkan Tuhan dan agama-Nya hingga tergadai nyawa.

Kedua: Rasulullah SAW mencanangkan kehidupan akhirat yang jauh lebih baik dan utama. Sebenarnya tidak ada tandingan dan bandingan tentang kehidupan akhirat. Bermula dari alam barzakh maka bermulalah era baru kehidupan manusia yang bakal ditempuh adalah suatu alam baru tanpa dapat difikirkan dan dikhayalkan. Tiada sebarang imaginasi yang dapat mencapai alam akhirat. Segala-galanya adalah alam rasa yang akal tidak mampu untuk berfungsi sedikit pun. Kehidupan dunia ini umpama mimpi saja, seolah-olah bukan realiti jika dinisbahkan dengan kehidupan di akhirat. Satu hari di akhirat menyamai seribu tahun di dunia. Kehidupan yang kekal abadi tanpa penghujungnya. Usia kita yang sekitar 60 atau 70 tahun di dunia ini kalau dikira pada perjalanan masa di akhirat hanyalah beberapa minit saja.


Menyedari hakikat bahawa hidup ini amat singkat berbanding akhirat yang kekal abadi itu, tentulah tidak ada manusia waras yang sanggup mensia-siakan hidup ini begitu sahaja. Apatah lagi, sudah tentulah takut untuk berbuat dosa dan maksiat walau sedetik. Tentulah tidak akan sampai menderhakai Tuhan hanya untuk kesedapan yang sekelumit ini. Tentulah tidak akan sampai menderhakai Tuhan hanya takut kepada penderitaan yang sekelumit ini. Tentulah tidak sanggup berlalai-lalai dengan kehidupan sekejap ini sehingga terpaksa menanggung derita yang amat panjang lagi dahsyat, dan terlepas dari nikmat syurga yang tidak dapat dibayangkan. Hadis Qudis ini menjadi pegangan hidup mereka dalam berbuat apa saja, iaitu: “Janganlah kamu pandang kecilnya kesalahan yang kamu buat, pandanglah kepada siapa kamu berbuat iaitu kepada Allah.” Sekecil-kecil kejahatan ada dosa dan nerakalah balasannya. Mereka menjadi orang yang memburu dan berlumba-lumba berbuat kebaikan. Dalam pada itu dosa kecil yang dilakukan, dirasakan seperti "gunung yang hendak menghempap kepala”.

Pencinta, pemikir, petugas masyarakat dan siapa saja yang mengidamkan umat yang sejahtera, dua aspek ubat Rasulullah SAW ini sudah cukup untuk dijadikan sebagai modal mengubat penyakit sosial. Inilah modal asas dan utama yang boleh menjadi penyelesaian kepada apa jua jenis penyakit.